
Generasi Berdoa untuk Bangsa
05 September 2017
Dalam kamus Bahasa Indonesia, kata “kubu” diartikan sebagai tempat pertahanan yang kuat atau benteng pertahanan. Biasanya yang menjaga benteng adalah para prajurit yang gagah perkasa. Maka berangkat dari filosofi inilah, kegiatan kubu doa para siswa SMP Dharma Mulya diadakah rutin setiap minggu.
“Kubu doa ini awalnya dibangun untuk mengajak para siswa punya kerinduan untuk mendoakan bangsa, negara, pemerintahan, dan kota tempat Kita tinggal,” ungkap Ulli Manik, Pembina kegiatan kubu doa ini, “Anak-anak diajak mendoakan segala permasalahan yang terjadi di negara ataupun lingkungan sekitar melalui berita-berita di koran yang mereka baca terlebih dahulu. Jadi doa mereka secara detil tentang hal-hal yang sedang hangat terjadi.”
Hal ini melatih mereka untuk mempunyai kerinduan hati sebagai anak-anak Tuhan yang mau melayani bangsa melalui doa. Semua orang tentu bisa berdoa, namun tidak semua orang memiliki hati yang sungguh-sungguh mendoakan orang lain. Maka dalam kubu doa ini para siswa SMP belajar peduli kepada bangsanya. Mereka bagaikan para prajurit yang gagah perkasa yang menjaga benteng pertahanan melalui doa dan mengandalkan Tuhan senantiasa.
“Biasanya banyak orang meremehkan kemauan dan antusiasme remaja dalam berdoa. Mereka sering dianggap malas, mengantuk, dan sebagainya. Namun berjalannya waktu ternyata anak-anak sangat bersemangat dalam kubu doa ini.” tambah Ulli, yang juga pengajar PAK (Pendidikan Agama Kristen).
Sebelum berdoa pun, mereka diajak menyiapkan hati yang sungguh-sungguh terlebih dahulu. Persiapannya berupa doa permohonan ampun, termasuk juga introspeksi diri apakah sebelum berdoa mereka memiliki rasa marah, benci atau belum mengampuni sesama. Mereka diajak untuk mengampuni terlebih dahulu sebelum datang kepada Tuhan. Hal ini kemudian menjadi sebuah pembelajaran karakter Kristiani kepada para siswa, perihal mengasihi Tuhan dan sesama.
Kubu doa berawal dari pelatihan para pemimpinnya yang dipersiapkan berbulan-bulan terlebih dahulu untuk memimpin teman-temannya dalam kelompok. Mereka kebanyakan bukan dari siswa yang aktif, justru dipilih para siswa yang pendiam atau cenderung pemalu. Hal ini sengaja dilakukan agar melatih para siswa tersebut juga lebih percaya diri berdoa di depan umum.
Para siswa diajak mengalami Tuhan melalui perjumpaan pribadi masing-masing kepada-Nya. Setelah berdoa pun, mereka sama-sama melakukan refleksi diri dan benar-benar merasakan kuasa doa. Kubu doa ini diharapkan membentuk generasi penerus bangsa yang selalu punya hati yang peduli kepada bangsa, dan tetap hidup kudus di dalam jalan Tuhan.
“Setelah kegiatan kubu doa ini, banyak para siswa yang mengalami perubahan sikap dan karakter yang semakin baik. Mereka bahkan semakin antusias dalam berdoa,” tukas Ulli Manik.